ADAKAH PERAYAAN TAHUN BARU DALAM ISLAM?
(ditulis
oleh: Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.)
الْـحَمْدُ لِلهِ الَّذِي خَلَقَ كُلَّ شَيْء
فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا وَأَتْقَنَ مَا شَرَعَهُ وَصَنَعَهُ حِكْمَةً
وَتَدْبِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَكَانَ اللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ إِلَى الْـخَلْقِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا
وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً
كَثِيْرًا.
أمَّا
بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ اتّقُوْا رَبَّكُمْ واعْلَمُوْا مَا لِلهِ مِنَ
الْـحِكْمَةِ الْبَالِغَةِ فِيْ تَعَاقُبِ الشُّهُوْرِ وَالأَعْوَامِ.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Segala puji
bagi Allah l yang menciptakan segala sesuatu dan menetapkan ketentuan atas
seluruh makhluk-Nya. Dialah satu-satunya yang menguasai serta mengatur seluruh
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah n,
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga
akhir zaman.
Saudara-saudaraku
yang semoga dirahmati Allah l,
Marilah kita
senantiasa bertakwa kepada Allah l kapan dan di manapun kita berada. Karena
dengan bertakwalah seseorang akan mendapatkan pertolongan-Nya untuk bisa
menghadapi berbagai problema dan kesulitan yang menghadangnya. Begitu pula,
marilah kita senantiasa merenungkan betapa cepatnya waktu berjalan serta
mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian yang kita saksikan.
Hadirin yang
semoga dirahmati Allahl,
Bulan demi
bulan telah berlalu dan tanpa terasa kita telah berada di pengujung tahun
hijriyah. Tidak lama
lagi tahun yang lama akan berlalu dan akan datang tahun yang baru.
Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya waktu hidup kita di dunia dan
mengingatkan semakin dekatnya ajal kita. Maka sungguh aneh ketika didapatkan
ada sebagian orang yang justru bersenang-senang dengan berfoya-foya dalam menyambut
tahun baru. Seakan-akan dia tidak ingat bahwa dengan bertambahnya hari maka
bertambah dekat pula saat kematiannya. Di sisi lain, perayaan tahun baru tidak
pernah dicontohkan oleh Rasulullah n dan para sahabatnya. Bahkan hal itu justru
merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang orang kafir. Karena mereka
sebagaimana disebutkan oleh Allah l adalah orang-orang yang tertipu dengan
kehidupan dunia sehingga yang mereka bangga-banggakan adalah kemewahan
dunianya. Allah l telah menyebutkan tentang mereka di dalam firman-Nya:
“Dan mereka
(orang-orang kafir) berbangga-bangga dengan kehidupan dunianya, padahal
tidaklah kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, kecuali
hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (Ar-Ra’d: 26)
Ayat-ayat
yang semisal ini banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Mengingatkan kita untuk
tidak mengikuti akhlak orang-orang kafir yang membangga-banggakan dunia. Yang
demikian ini karena sifat membangga-banggakan dunia akan menyeret pelakunya
pada kesombongan dan melalaikannya dari mengingat kematian dan beramal untuk
akhiratnya. Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk meninggalkan
kebiasaan mereka dalam merayakan tahun baru hijriyah, karena acara tersebut
bukan termasuk ajaran Islam. Bahkan merupakan kebiasaan orang-orang kafir.
Saudara-saudaraku
yang semoga dirahmati Allah l,
Adapun yang
semestinya dilakukan oleh seorang muslim terlebih di akhir tahun ini adalah
berupaya untuk melakukan interopeksi diri. Selanjutnya bertaubat kepada Allah l
atas seluruh kesalahan yang telah dilakukannya serta memohon ampun atas
kekurangannya dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya. Di samping itu juga
memohon pertolongan kepada-Nya untuk bisa istiqamah dan senantiasa bertambah
ilmu dan amal shalihnya. Begitu pula berusaha agar hari yang akan datang
senantiasa lebih baik dari yang sebelumnya, sehingga hidupnya lebih baik dari
kematiannya.
Hadirin
rahimakumullah,
Ketahuilah
bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi seorang muslim. Bahkan
lebih berharga dari harta dunia yang dimilikinya. Karena harta apabila hilang
maka masih bisa untuk dicari. Sementara waktu apabila telah berlalu tidak
mungkin untuk kembali lagi. Sehingga tidak ada yang tersisa dari waktu yang
telah lewat kecuali apa yang telah dicatat oleh malaikat. Maka sungguh betapa
ruginya orang yang tidak memanfaatkan waktunya apalagi jika dipenuhi dengan
kemaksiatan kepada Rabb-nya. Meskipun kehidupannya serba tercukupi dan serba
ada, namun apalah artinya kalau seandainya berakhir dengan menerima siksaan api
neraka. Allah l berfirman:
“Maka
tentunya engkau tahu, jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup
bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada
mereka niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.”
(Asy-Syu’ara: 205-207)
Hadirin
rahimakumullah,
Selanjutnya
perlu diketahui pula, bahwasanya tidak disyariatkan bagi kaum muslimin untuk
berdoa dengan doa khusus yang dikenal oleh sebagian orang dengan istilah doa
akhir tahun dan doa awal tahun. Karena hal ini tidak pernah dicontohkan
pula oleh suri tauladan kita Rasulullah n dan para sahabatnya. Sehingga tidak
boleh bagi kita untuk mengamalkannya. Karena kita harus mengingat bahwa
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah n dan sejelek-jelek amalan
adalah yang menyelisihi petunjuknya.
Akhirnya,
mudah-mudahan Allah l menjadikan tahun yang akan datang dan tahun-tahun
berikutnya menjadi tahun yang penuh dengan keamanan dan kesejahteraan.
Mudah-mudahan kaum muslimin baik masyarakatnya maupun para pemimpin bangsanya
dimudahkan untuk semakin memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para
sahabat dan para ulama yang mengikuti jalannya serta dalam mengamalkan
keduanya.
Walhamdulillahi
rabbil ’alamin.
Khutbah Kedua:
الْـحَمْدُ
لِلهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ الْـمُسْتَقِيْمِ
وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ سُبُلِ أَصْحَابِ الْجَحِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْـمَلِكُ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ اْلبَلاَغَ
الْـمُبِيْنَ، وَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ
تَلَقَّوْا عَنْهُ الدِّيْنَ وَبَلَّغُوْهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا
بَعْدُ:
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah
bahwa kemuliaan itu akan diraih manakala kaum muslimin bersungguh-sungguh dalam
mengikuti agamanya. Namun ketika kaum muslimin lebih suka untuk mengikuti
apa-apa yang bukan dari ajaran agamanya maka kehinaanlah yang akan menimpanya.
Oleh karena itulah sejak masa pemerintahan Amiril Mukminin ‘Umar ibn
Al-Khaththab z ditetapkan penanggalan yang diberlakukan untuk urusan kaum
muslimin. Beliau menetapkan peristiwa hijrahnya Nabi n sebagai permulaan penanggalan
Islam dan menjadikan bulan Muharram sebagai bulan yang pertama
dalam penanggalan tersebut setelah bermusyawarah dengan para sahabat yang masih
hidup di masanya.
Sejak saat
itu hingga masa-masa berikutnya, para salafush shalih menjadikannya sebagai
penanggalan dalam seluruh urusannya dan meninggalkan untuk menggunakan
penanggalan-penanggalan orang-orang kafir yang ada pada waktu itu. Oleh karena
itu, sudah seharusnya pula bagi kita untuk mengikuti mereka dalam menggunakan
penanggalan tersebut. Cukuplah bagi kita untuk mengikuti petunjuk Rasulullah n
dalam menetapkan jumlah hari dalam setiap bulannya. Begitu pula sudah mencukupi
bagi kita untuk mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah l dalam
menetapkan jumlah bulan dalam satu tahun dan mengikuti istilah yang ditetapkan
dalam menggunakan nama bulan. Allah l berfirman:
“Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram, itulah
(ketetapan) agama yang lurus.” (At-Taubah: 36)
Empat bulan
haram yang disebutkan dalam ayat tersebut ada tiga bulan yang berurutan, yaitu
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram serta ada satu bulan yang
bersendirian yaitu bulan Rajab yang berada di antara Jumadi Ats-Tsani dan
Sya’ban.
Hadirin
rahimakumullah,
Oleh karena
itu marilah kita berusaha untuk menjadikan kalender Islam sebagai alat untuk
memperhitungkan kegiatan-kegiatan kita. Janganlah kita bermudah-mudah dalam
masalah ini dan janganlah kita menyangka bahwa permasalahan ini adalah
permasalahan yang semata-mata berkaitan dengan kebiasaan. Ingatlah bahwa di
balik penggunaan penanggalan Islam ada usaha menampakkan syiar-syiar Islam.
Begitu pula sebaliknya, di balik penggunaan penanggalan orang-orang kafir ada
usaha menampakkan syiar-syiar agama mereka yang batil dan tidak diridhai oleh
Allah l.
Wallahu
a’lamu bish-shawab.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ
الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ
الْـمُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمينَ في كُلِّ
مَكَانٍ وَالْـحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar